Kisah ini terjadi sewaktu aku masih kelas 3 SMP. Sekarang aku
sudah hampir kuliah, tinggal nunggu pengumuman saja. Sebut saja aku Vina, waktu
itu aku masih berumur 15 tahun. Tapi entah kenapa bentuk tubuhku sudah berbeda
dengan teman-teman sebayaku. Dengan tinggi 163 cm dan berat 45 kg, aku cukup
dikenal di sekolah, apalagi aku tergabung sebagai anggota cheerleader yang
sering tampil di depan umum.
Rambut hitamku aku panjangkan hingga sebahu, kulitku putih bersih
(tapi aku bukan chinesse), dan ukuran dadaku cukup besar 34B.Saat itu aku sudah
mengenal seks, itu aku dapatkan ketika aku masih duduk di kelas 2 SMP, saat itu
aku masih pacaran dengan seorang mahasiswa dari sebuah universitas swasta di
kotaku. Semenjak saat itu gairah seks-ku semakin meningkat.
Hampir setiap hari kami melakukan hubungan itu. Namun semenjak aku
putus dengan pacarku, aku kehilangan orang yang dapat memenuhi kebutuhan
biologisku. Sebagai gantinya aku sering melakukan mastrurbasi bila aku sedang
terangsang.
Aku sering tidur
dalam keadaan telanjang, hanya dilapisi selimut biar nggak kedinginan. Kalau
sudah begitu aku pasti akan berfantasi sedang berhubungan intim dengan
teman-teman sekolahku. Aku lebih suka berfantasi dengan teman sekolahku
daripada dengan orang yang lebih tua apalagi orang bule. Fantasiku tidak hanya
teman cowok, tetapi juga cewek-cewek yang cukup cantik dan seksi. Mungkinkah
aku hypersex?Dibalik selimutku, aku sering memasukkan jari-jariku ke dalam
vaginaku, kemudian memainkan klitorisku hingga aku mencapai orgasme, dan aku
ulangi lagi hingga benar-benar badanku lelah dan tubuhku penuh dengan keringat.
Tidak jarang aku masukkan juga sikat gigi ke dalama vaginaku, kemudian
jari-jariku memuntir-muntir puting susuku yang aku lakukan dalam tempo yang
lambat.
Aku membayangkan
saat itu aku sedang disetubuhi oleh temanku, hingga akhirnya aku mencapai
orgasme. Kemudian sikat gigi yang basah oleh cairan vaginaku itu aku oleskan ke
sekitar puting susu yang sudah menegang. Itu aku lakukan berulang kali hingga
aku kehabisan tenaga. Orang tuaku tidak pernah tahu hal itu, karena mereka
sibuk, lagipula kamarku cukup mendukung. Bahkan ketika aku berhubungan seks
dengan pacarku dulu, tempatnya juga di kamarku.Pagi itu aku bangun dalam
keadaan telanjang, dan sikat gigi masih menancap di vagina dan cairan vaginaku
tampak masih meleleh keluar, puting susuku terasa lengket, cukup banyak aku
orgasme tadi malam.
Aku tersenyum
melihat diriku di cermin, kemudian aku berdiri dan membiarkan sikat gigi
menancap di vagina. Aku masuk ke kamar mandi yang kebetulan masih berada di
kamarku. Kemudian dengan shower aku siram tubuhku, terutama bagian payudara dan
vagina. Ketika sikat gigi aku cabut, tiba-tiba aku merasa terangsang lagi,
segera aku semprotkan shower ke dalam vagina sambil mengusap payudaraku dengan
sabun, cukup lama aku hingga aku orgasme. Setelah itu aku mandi seperti biasa.
Hari ini ada
pelajaran olahraga. Aku tidak begitu suka dengan pelajaran ini, selain aku
tidak mahir olahraga, pasti aku akan jadi pusat perhatian cowok-cowok, mana pakaiannya
ketat banget, huuhh.. (Aku lebih suka memakai seragam cheers, karena aku merasa
lebih seksi bila memakai seragam itu. Seragam cheers sekolahku rok mini dengan
atasan model sailor. Hmm..)
Akhirnya
pelajaran olah raga selesai juga, kami cewek-cewek segera ganti pakaian. Kami
segera menuju ke loker ganti. Aduhh.. Penuh.. Terpaksa aku ganti di toilet.
Segera aku berlari ke toilet, meskipun toilet tetapi cukup bersih dengan kloset
duduk yang bersih dan mengkilat.
Aku lihat toilet
kosong, aku maklum karena kelas lain masih pelajaran biasa, lagipula ini toilet
terjauh dari kelas-kelas, biasa digunakan oleh anak ekskul karena dekat dengan
aula. Segera saja aku masuk, ketika mau aku kunci ternyata kuncinya rusak.
“Ya sudah deh
nggak usah dikunci aja, lagian nggak ada orang juga..” begitu pikirku.
Aku mulai membuka
pakaian olah ragaku, cukup susah membuka bagian atasnya,
“Dadaku terlalu
besar atau bajunya terlalu kecil ya?” gumanku sendiri..
Akhirnya aku
berhasil juga membukanya, tetapi BH-ku menjadi berantakan, puting susuku
menonjol keluar.
“Aku biarkan saja
dulu ah” pikirku, kemudian aku lepas celana olah raga ku. Aku melihat celana
dalamku basah oleh cairan vaginaku.
“Lho.. Kok aku
keluar ya.. Padahal aku nggak ngapa-ngapain lho.. Pantesan putingku tegang
banget..” gumanku.
Segera aku ambil
tissue di toilet kemudian dengan hati-hati aku bersihkan vaginaku. Saat itu
posisiku membungkuk membelakangi pintu sehingga aku nggak tahu kalau pintunya
terbuka. Tiba-tiba aku dipeluk dari belakang, kontan saja aku kaget.
“Eh.. Eh..
Apa-apain nih.. Heeii!!” teriakku sambil membalikkan badan.
Tiba-tiba mulutku
dibekap dengan tangan dan aku melihat Andre.
“ANDREEE!!”
teriakku..
Tetapi karena
mulutku dibekap, suaraku bagaikan tidak keluar. Andre adalah cowok tajir yang
naksir aku, rupanya dia ngikutin aku tadi. Andre kemudian membawaku ke toilet
sebelah, kami masuk dan Andre mengunci pintunya, rupanya yang ini bisa dikunci,
SIAL!! Rutukku dalam hati.. Tiba-tiba Andre mengeluarkan sebilah pisau dari
kantongnya dan menempelkan di leherku.
“Diem terus
ikutin perintah gue!!” bentaknya kepadaku sambil memepetku ke tembok.
Andre mengeluarkan
tali kemudian mengikat kedua tanganku, aku hanya bisa diam, takut sama
pisaunya. Andre melepas sepatuku dan kaus kakiku dan melemparkan ke toilet
sebelah. Tanganku diikat ke engsel pintu bagian atas hingga akhirnya tanganku
tergantung ke atas, dengan begitu Andre bisa bebas melihat semua lekuk tubuhku
yang setengah telanjang.
“Body lu seksi
Vin.. payudara lu bikin gue horny” bisik Andre di telingaku sambil memegang
payudaraku. Lalu dengan pisaunya, Andre memutus tali BH ku dan tali celana
dalamku. Dengan sekali tarik, aku sudah telanjang bulat di depan Andre. Andre membuang
pisau ke luar toilet dan segera mendekat, langsung memegang payudaraku dan
memutarnya..
“Ahh.. Duuhh..
Jangan kenceng-kenceng dong.. Sakit..” rintihku kepada Andre, rupanya dia belum
pernah berhubungan seks sebelumnya, masih perjaka rupanya dia, diam-diam aku
tersenyum.
“Eh sorry.. Sakit
ya..” dia minta maaf, bodoh banget ya?
Andre kemudian
membuka semua pakaiannya, sehingga dalam beberapa menit dia sudah telanjang
bulat. Aku melihat penisnya sudah menegang dengan mengacung ke atas dan
berdenyut-denyut. Andre mendekat dan mengusap payudaraku sambil memelintir puting
susuku yang sudah tegang dari tadi.
Tiba-tiba Andre menempelkan
penisnya ke vaginaku, dan mendorongnya ke dalam. Karena belum berpengalaman
maka Andre selalu meleset memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Karena kasihan
aku buka kakiku ketika Andre mencoba untuk yang ke 4 kalinya. Penis Andre masuk
ke dalam vaginaku, dan aku lihat Andre merasa surprise banget, dan Andre membuka
mulutnya sembari mendesah..
“Ah.. Ah.. Ah..”
desah Andre setiap mendorong penisnya ke dalam vaginaku.
Aku hanya bisa
diam saja. Penis Andre sudah masuk sepenuhnya dan dia mulai menggoyangkan
penisnya keluar-masuk vaginaku. Aku sengaja diam saja, karena kalau aku ikut
menggoyangkan pinggulku, aku percaya Andre akan langsung ejakulasi. Ternyata
belum ada 10 goyangan, Andre sudah ejakulasi di vaginaku. Rupanya dia nggak
bisa menahan lebih lama lagi. Cukup lama dia menancapkan penisnya di vaginaku,
mungkin untuk merasakan sensasi ejakulasi yang baru saja dia alami. Aku hanya
bisa tersenyum saja ketika dia menatapku saat dia mencabut penisnya.
“Kok cuma sekali
aja Dre?” tanyaku menantang.
“Kamu masih mau lagi?” balasnya, nampaknya pertanyaan pancinganku mengena.
“Masih dong, tapi aku yang kendalikan kamu, gimana?” usulku..
“Kamu masih mau lagi?” balasnya, nampaknya pertanyaan pancinganku mengena.
“Masih dong, tapi aku yang kendalikan kamu, gimana?” usulku..
“Maksud loe?”
tanya Andre enggak ngerti.
“Lepasin talinya terus kamu ikutin apa kataku” kataku sambil tersenyum nakal.
“Lepasin talinya terus kamu ikutin apa kataku” kataku sambil tersenyum nakal.
Rupanya Andre baru
mengerti, dia kemudian keluar untuk mengambil pisau yang dia buang tadi,
kemudian memotong tali yang mengikat tanganku.
“Bersihin penis
lu dulu gih” pintaku ke Andre yang kemudian segera dibersihkan dengan
saputangannya.
Ketika aku
melihat Andre membersihkan penisnya menggunakan saputangannya, libidoku
memuncak cepat hingga aku hampir tidak bisa mengendalikan diri. Tak lama
kemudian dia selesai.
“Duduk di kloset
itu, shut up, and look me!” perintahku.
Di depan Andre aku
mulai menari. Menari? Ya menari, aku menari erotis di depan Andre. Aku meraba
dan memuntir puting susuku kemudian memasukkan jari ke dalam vaginaku lalu aku
jilat cairan vagina yang menempel di jariku, sambil tetap menari. Kemudian aku
tempelkan tubuhku ke tembok lalu berlutut di lantai, kemudian sambil merangkak
aku mendekati Andre, aku melihat penisnya sudah berdiri dan berdenyut-denyut.
Aku bergerak
mendekati penis Andre, kemudian menjilatinya, kemudian mengecupnya, sesekali
aku masukkan ke dalam mulutku kemudian aku keluarkan lagi. Dengan ujung jariku
aku mengusap kepala penisnya sambil kujilat lubang penisnya. Penis Andre tidak
besar tapi cukup bersih. Aku melirik sambil tersenyum kepada Andre, tampaknya dia
sudah hampir ejakulasi lagi.
“Cepet banget sih
ni anak?” pikirku.
Kemudian aku
kocok penisnya perlahan-lahan, sambil tetap aku jilat kepala penisnya. Aku
merasakan ditanganku penis Andre mulai berdenyut-denyut, segera aku masukkan
penis Andre ke dalam mulutku, kemudian aku hisap, tak sampai 3 kali hisap, Andre
sudah ejakulasi lagi. Aku hisap air maninya hingga habis. Kemudian penis Andre aku
siram dengan air maninya yang terkumpul di mulutku. Kemudian dengan mulut yang
masih ada sisa-sisa air mani, aku berdiri dan mendekati Andre. Kemudian aku
duduk di pangkuan Andre dengan menghadap ke arahnya. Aku cium bibir Andre dengan
sisa-sisa air maninya sendiri.
“Kenapa? Ini khan
air mani kamu sendiri” protesku ketika dia mau menolak ciumanku.
Aku mencium bibir
Andre dengan lembut sambil kuhisap mulutnya, kemudian aku masukkan lidahku ke
mulutnya, jadilah kami French kiss. Cukup lama kami berciuman, hingga Andre hampir
kehabisan napas.
“Sudah Vin, aku
sudah capek..” pintanya kepadaku.
“Apa capek? Aku padahal baru mulai..” kataku..
“Apa? Baru mulai? Padahal..” Andre mencoba protes.
“Sudah diem!! Salah sendiri kamu yang mulai, sekarang ikutin kataku kalau nggak mau namamu tercemar di sini!!” ancamku kepadanya.
“Apa capek? Aku padahal baru mulai..” kataku..
“Apa? Baru mulai? Padahal..” Andre mencoba protes.
“Sudah diem!! Salah sendiri kamu yang mulai, sekarang ikutin kataku kalau nggak mau namamu tercemar di sini!!” ancamku kepadanya.
Rupanya Andre keder
juga dengan ancamanku.Hihihihihihi..” aku tertawa kecil.
“Aku bakal bikin kamu nggak akan ngelupain hari ini..” kataku sambil mencium bibirnya lagi.
“Aku bakal bikin kamu nggak akan ngelupain hari ini..” kataku sambil mencium bibirnya lagi.
Kemudian aku
suruh Andre untuk membuka kakinya lebar-lebar hingga kakiku bisa berdiri tepat
di depan penisnya yang sudah lunglai.
“Aku kasih waktu
buat bangunin penis kamu sampai vaginaku sampai di depan penis kamu!!”
perintahku kepada Andre.
Dengan posisi
berdiri seperti ini, posisi vaginaku tepat berada di depan muka Andre, aku
pegang kepala Andre, kemudian aku suruh menjilati vaginaku.
“Jilatin vagina
gue!!” kataku ketika aku sudah berdiri seimbang.
“Jangan seperti itu njilatinnya, pelan-pelan aja..” protesku ketika Andre menjilat vaginaku secara sembarangan.
“Jangan seperti itu njilatinnya, pelan-pelan aja..” protesku ketika Andre menjilat vaginaku secara sembarangan.
Sekali-kali aku
lihat penis Andre, rupanya sudah hampir tegang penuh. Lama kelamaan aku merasa
terangsang, apalagi ketika lidah Andre menyentuh klitorisku. Aku pegang kepala Andre,
dan menggoyangkan pinggulku di depan kepalanya, aku gesek-gesekkan vaginaku ke
mukanya, sambil aku membenarkan posisi kakiku, kemudian aku gesekkan vaginaku
ke dagu, dada, hingga sampai perut. Aku sudah nggak bisa turun karena pantatku
kehalang penis Andre yang sudah tegang. Aku angkat pinggulku kemudian arahkan
vaginaku ke penis Andre. Nampaknya Andre sudah siap betul. Sambil menatap Andre
aku masukkan penis Andre ke dalam vaginaku, kemudian dengan cepat aku keluarkan
lagi. Aku tertawa kecil dan aku mengulanginya lagi sampai beberapa kali hingga
aku merasa terangsang.
Kemudian aku
masukkan vaginaku tetapi hanya setengahnya saja kemudian aku jepit penisnya
dengan sekuat tenaga, kemudian aku tarik pelan-pelan hingga sampai kepala
penisnya, kemudian aku masukkan lagi hingga setengah dan aku tarik lagi. Aku
lakukan itu beberapa kali hingga aku lelah menjepit penis Andre. Bersamaan itu,
Andre ejakulasi lagi, rupanya dia sudah tidak tahan dengan permainanku.
“Aduuhh.. Kok
sudah keluar lagi sih” batinku agak kecewa..
Aku keluarkan
penis Andre dari vaginaku lalu aku kulum penisnya untuk membersihkan penisnya
lagi. Kemudian aku kembali ke posisi semula. Kemudian dengan penis Andre yang
masih lunglai aku berusaha masukkan lagi ke dalam vaginaku, agak susah sih,
karena nggak bisa menembus vaginaku yang masih cukup rapat.
Akhirnya bisa
juga karena aku buka lebar-lebar mulut vaginaku, dan mendorong penis Andre masuk
ke dalam. Begitu masuk ke dalam vaginaku, aku tunggu Andre hingga dia ereksi
sempurna, beberapa menit kemudian, segera aku goyangkan pinggulku dengan tempo
lambat. Aku yakin Andre nggak bakalan cepet keluar lagi soalnya penisnya sudah
mulai pengalaman dan persediaan air maninya sudah hampir habis? Sewaktu
menggoyangkan pinggulku itu aku sekali-sekali menjepit penis Andre kemudian aku
lepaskan lagi. Hingga akhirnya aku merasa hampir orgasme aku percepat tempo
goyanganku. Rupanya Andre juga sudah hampir keluar.
“Tahan Dre, kita
keluar barengan” pintaku.
Rupanya Andre sudah
hampir bisa mengimbangiku, dan benar saja ketika aku orgasme Andre menyusul
kemudian, hebat dia bisa 2 detik lebih lama dariku.
“Kamu sudah mulai
hebat Dre..” bisikku sembari mencium bibirnya dengan lembut.
Kami berpelukan
dan tanpa terasa kami ketiduran cukup lama hingga aku merasakan penis Andre mulai
ereksi lagi di dalam vaginaku. Segera aku melepaskan penis Andre dari dalam
vaginaku, kemudian aku berdiri sembari menunggu penis Andre berdiri. Rupanya
cukup lama hingga harus aku bantu dengan mengocoknya. Saat penis Andre sudah
ereksi sempurna, aku membalikkan badan dan berpegangan di pintu sambil
membungkukkan badanku.
“Dre.. Masukin
sini..” pintaku manja sambil menunjuk ke vaginaku.
Andre segera
bangun dan langsung menempelkan penisnya ke vaginaku.
“Pelan-pelan aja
dulu, jangan buru-buru..” kataku ketika penis Andre secara kasar ditusukkan ke
vaginaku.
Akhirnya setelah
penisnya dikeluarkan, Andre mencoba untuk memasukkannya kembali, kali ini dia
lebih lembut lagi, pantatku diusapnya dulu, kemudian tangan kirinya meraba
payudaraku dari belakang, kontan saja putingku langsung menegang ketika tangan Andre
menyentuh payudaraku.
Sementara itu,
tangan kanannya memegang pinggangku agar tidak bergerak, lalu dia mulai
memasukkan penisnya. Nampaknya dengan gaya seperti ini penisnya gampang masuk,
dengan 2 kali coba, penisnya sudah masuk ke vaginaku. Kali ini Andre tidak
terlalu buru-buru, sehingga aku merasakan nyaman, aku rasa Andre pun demikian.
“Digoyang Dre..”
pintaku kepada Andre ketika penisnya sudah menancap di vaginaku, langsung saja Andre
menggoyang pinggulnya. Ini adalah gaya favoritku, sehingga setiap penis Andre menyodok
masuk, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, tanpa sadar aku meracau
keenakan.
“Ahh.. Uhh..
Yeah.. Ahh.. Aahh.. Terus Dree.. Uhh..” racauku tanpa sadar.
Dan tampaknya Andre
tidak tahu kalau aku hanya meracau, dia segera mempercepat goyangannya. Aku
terkejut dengan yang dilakukannya, meskipun nikmat tapi aku merasa khawatir..
“Aahh.. Aku
keluaarr..” erang Andre kemudian..
Tuh khan, yang
aku khawatirkan terjadi juga, Andre masih terlalu amatir untuk berhubungan
seks. Andre kemudian membenamkan penisnya ke dalam vaginaku untuk beberapa
saat, kemudian dia mencabutnya.
“Plaakk..” aku
menampar pipi Andre.
“Aku khan sudah bilang jangan buru-buru!! Kamu tu masih amatir!!” makiku kepadanya.
“Aku khan sudah bilang jangan buru-buru!! Kamu tu masih amatir!!” makiku kepadanya.
Andre hanya bisa
terkejut dan nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Segera aku keluar toilet dan
kembali ke toiletku semula.
“Sial!! BH dan
celana dalamku dirobek Andre. Gimana ya? Mana vaginaku masih banyak air mani Andre!!”
Aku mengumpat dalam hati.
Segera aku
bersihkan vaginaku lagi. Kali ini aku tutup pintunya dengan benar. Setelah itu
aku kenakan rok-ku.
“Aduh pake apa
ya..” aku bingung harus pake apa buat dalemannya, akhirnya aku gunakan celana
olahragaku buat pengganti celana dalam, padahal rok-ku sempit, jadinya dengan
tambahan celana olahragaku, rok-ku jadi tambah sempit.
“Tapi BH-nya pake
apa ya? Masa nggak pake BH? Mana seragamku tipis..” pikirku.
Akhirnya aku
langsung pake seragam tanpa BH. Bisa dibayangkan dengan ukuran payudara segitu
(34B) pake seragam sekolah, tanpa BH, dan puting yang menonjol, pasti bikin
ngeres orang yang liat. Aku berniat masuk kelas untuk mengambil rompi yang
selalu aku bawa, tapi sekarang rompi itu ada di kelas.
Akhirnya dengan
hati-hati aku keluar dan menunggu hingga sepi untuk bisa masuk kelas dan
kemudian mengambil rompiku. Aku berharap tidak ada orang yang melihatku. Ketika
kau keluar dari toilet aku berpapasan dengan Andre, nampaknya dia masih merasa
bersalah, aku hanya tersenyum kepadanya ketika dia memanggilku.
“Nggak ada
waktu..” pikirku, dan aku segera melesat ke kelas.
Aku berjalan
melewati lorong dengan perasaan khawatir, khawatir kalau ketemu guru atau
teman. Kalau dengan kondisi biasa sih enggak masalah, tapi dengan kondisi
seperti ini? Gile banget deh..
Akhirnya setelah
melalui perjuangan panjang, sampai juga aku di kelasku, rupanya kelas sepi,
anak-anak sedang jajan di kantin. Kesempatan!! pikirku, segera saja aku masuk
dan menuju ke tasku dan segera memakai rompiku.
” Vinaa..!!”
tegur seseorang..
“O.. Oww..” aku kaget setengah mati, rupanya Wulan teman sekelasku.
“O.. Oww..” aku kaget setengah mati, rupanya Wulan teman sekelasku.
Wulan cewek
cantik di kelasku, menurutku dia seksi, dengan ukuran payudara yang hampir sama
denganku, hanya saja dia lebih gemuk 2 kilo dariku. Aku 163/45, sedangkan Wulan
162/47. Wulan adalah salah satu cewek di sekolahan ini yang sering aku jadikan
objek fantasiku. Dan aku rasa Wulan ada perhatian denganku, apakah Wulan
lesbian? Entahlah.. Tapi aku tebak, Wulan sudah nggak virgin lagi.
“Kenapa kamu
Vin?” tanya Wulan kemudian.
“Nggak Papa kok Lan..” sembari duduk di kursiku..
“Nggak Papa kok Lan..” sembari duduk di kursiku..
Wulan kemudian
duduk di sebelahku. Rupanya aku lupa mengancing rompiku, dan aku rasa Wulan
melihat aku nggak pakai BH saat itu.
“Kamu kok nggak
pake BH Vin?” tanyanya tiba-tiba..
Kontan aja aku
kaget, kok dia tahu..
“Ehmm.. Ahh..
Uhhmm.. Gimana ya.. Ehmm..” bingung bow jawabnya.
Tapi Wulan
sepertinya mengerti dengan apa yang terjadi denganku.
“Sama siapa kamu
barusan? Terus celana dalem kamu kemana? Tangan kamu kok ada bekas ikatan?”
pertanyaannya bikin aku mati kutu.
Karena aku tidak
bisa menjawab, Wulan akhirnya tersenyum.
“Tenang aja lagi,
aku ngerti kok, enggak usah khawatir” bisik Wulan sambil tersenyum, kemudian
Wulan mencium pipiku, lalu keluar kelas menuju kantin. Aku kaget juga dengan
yang dia lakuin barusan, Wulan cium aku? Apa maksudnya nih? Tapi aku sudah
ngerasa tenang dan sedikit senang karena Wulan ada perhatian denganku.
Tepat pukul 10.15
guru English masuk ke kelas, guru ini terkenal on-time dan agak killer, makanya
begitu tahu gurunya datang, anak-anak langsung pada masuk.
” Vin, aku duduk
sebelah kamu ya..” Wulan tiba-tiba duduk di sebelahku.
“Ha.. Oohh.. Ok.. Silakan aja..” jawabku terbata-bata.
“Ha.. Oohh.. Ok.. Silakan aja..” jawabku terbata-bata.
Aku memang duduk
sendiri, karena jumlah murid di kelasku ganjil, maka aku nggak dapet teman
sebangku sendiri. Kasian ya gue? Selama pelajaran berlangsung Wulan mengamati
aku, aku jadi salah tingkah dibuatnya, makanya aku pura-pura tidur saja.
” Vina, are you
ok?” Tanya guru English-ku.
“She’s sick sir, I’ll take Vina to UKS..” Wulan langsung menjawab pertanyaan guruku.
“Oohh.. Ok, please Wulan..” Guruku mengizinkan.
“Ayo Vin, kita ke UKS” ajak Wulan sambil menggandeng tanganku.
“Apa-apaan nih?” batinku dalam hati.
“She’s sick sir, I’ll take Vina to UKS..” Wulan langsung menjawab pertanyaan guruku.
“Oohh.. Ok, please Wulan..” Guruku mengizinkan.
“Ayo Vin, kita ke UKS” ajak Wulan sambil menggandeng tanganku.
“Apa-apaan nih?” batinku dalam hati.
Wulan membawaku
ke ruang UKS, padahal aku nggak sakit. Selama perjalanan Wulan menggandeng
mesra tanganku, sembari memepetkan tubuhnya ke tubuhku. Aku hanya bisa diam dan
mengikuti apa maunya.
Akhirnya kami
tiba di ruang UKS, ruangan ini terdiri dari beberapa kamar yang tertutup,
sehingga orang tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam. Wulan membawaku ke
kamar yang paling ujung. Di dalam kamar itu terdiri dari 3 tempat tidur.
Tiba-tiba Wulan mengunci pintunya.
“Lan, maksud kamu
apa s..” belum selesai aku ngomong tiba-tiba Wulan mencium bibirku dengan
lembut. Sambil tangannya meraba-raba tubuhku. Mau tak mau aku terangsang juga,
tapi aku berusaha untuk mengendalikan diri.
“Kamu cantik Vin,
aku suka kamu..” bisiknya kepadaku.
Rupanya Wulan
benar-benar ada rasa denganku. Aku kaget juga, soalnya setahuku dia juga punya
pacar. Tapi apakah dia seperti aku juga? Aku juga sering berfantasi dengannya,
dan sekarang aku malah sudah berhadapan dengannya.
Aku tersenyum
ketika dia akan mencium bibirku, aku balas ciumannya, akhirnya kita berciuman
dengan agak liar, sampai akhirnya Wulan mendorongku ke tempat tidur. Wulan
menindihku, payudara kami saling bertemu. Kemudian dia menciumku lagi, aku
merasakan tubuh Wulan menggesek-gesek tubuhku, aku cukup terangsang saat ini,
aku merasa vaginaku basah, aku lebih mudah terangsang bila dengan cewek. Aku
peluk tubuh Wulan dan mencoba untuk membuka resluiting rok Wulan. Sedangkan
Wulan masih menciumiku sambil mengelus-elus rambutku, rupanya dia sudah
menantikan saat ini, ini dilihat dari nafsunya yang sangat tinggi.
Wulan kemudian
melepaskan rok-nya yang sudah longgar, rupanya Wulan sudah tidak pakai celana
dalam, kemudian aku lepaskan pelukanku. Dengan posisi Wulan berada di atasku,
Wulan membuka satu-persatu kancing seragamku. Akhirnya seragamku lepas dan
payudaraku menyembul keluar. Wulan kemudian melepaskan rok-ku, dan celana
olahragaku, akhirnya aku telanjang bulat, dan benar vaginaku sudah basah oleh
cairanku.
Wulan kemudian
melepaskan seragamnya dan BH-nya, sehingga jadilah kami telanjang bulat. Wulan
kembali menindihku sehingga payudara kami saling bertemu lagi tanpa halangan.
Karena payudara kami sama-sama sudah tegang, maka Wulan agak kesulitan untuk
menciumku, tapi akhirnya bisa juga. Wulan menggesek-gesekkan vaginanya ke
vaginaku, sehingga aku merasakan kenikmatan, Wulan pun merasakan hal yang sama.
Aku hanya diam
dan menikmati semua yang dilakukan Wulan. Wulan kemudian menciumi leherku, dan
payudaraku. Dia menghisap puting susuku dengan lembut, kadang-kadang dia
menggigitnya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa saat itu. Kedua
payudaraku dijilatinya secara rata dan di usapnya hingga putingku berdiri
tegak.
“Ahh.. Ah..
Ahh..” aku mendesah karena nikmat yang aku rasakan.
Wulan kemudian
turun lagi, dia menciumi perutku yang rata, menjilati pusarku, dan kemudian dia
menjilati vaginaku. Wulan memasukkan jarinya ke dalam vaginaku dan mencari
klitorisku, setelah itu dia menjilatinya. Aku merasakan sensasi yang luar biasa
saat lidah Wulan menyentuh klitorisku, aku serasa melayang.
“Ahh.. Iya..
Disitu.. Aahh..” aku mendesah saat Wulan menggigit klitorisku. Tak lama
kemudian aku orgasme, aku merasakan orgasme kali ini sungguh spesial, karena
aku orgasme karena cewek. Rasanya sungguh nikmat dibandingkan dengan cowok.
Wulan kemudian
bangun dan mengambil thermometer yang ada di ruangan UKS ini, Wulan memasukkan
thermometer itu ke dalam vaginaku.
“Apa yang kamu
lakuin?” protesku.
Tapi Wulan hanya
tersenyum saja sembari tetap memasukkan thermometer ke dalam vaginaku.
“32 Celcius..”
gumannya saat Wulan melihat penunjuk di thermometer, rupanya Wulan memasukkan
thermometer ke dalam vaginaku hanya untuk mengukur suhunya, sialan batinku.
Kemudian Wulan
membuka lemari UKS, rupanya Wulan sudah merencanakan hal ini, buktinya dari dalama
lemari itu, Wulan mengambil beberapa alat yang pernah aku lihat di film-film
porno. Seperti penis buatan (dildo), vibrator, masker, hingga sabuk penis.
Wulan memakai sabuk penis hingga dia seperti seorang cowok berpenis besar dan
panjang, namun juga berdada besar.
Wulan mendekatiku
yang masih terbaring di tempat tidur, Wulan kemudian memasukkan penis itu ke
dalam vaginaku, kemudian mulai menggoyangnya, aku yang baru saja orgasme,
langsung timbul lagi gairahku, segera saja aku imbangi goyangannya sehingga
kami dapat menimbulkan goyangan yang seirama. Sudah lama aku tidak merasakan
seperti ini lagi semenjak putus dengan pacarku dulu.
Aku kadang-kadang
meremas-remas payudara Wulan, nampaknya Wulan suka ketika aku pelintir puting
susunya, Wulan semakin bersemangat menggoyangnya setiap aku sentuh payudaranya.
Sesekali aku meraba pantatnya, kemudian memasukkan jariku ke dalam anusnya,
Wulan sepertinya juga merasakan hal yang sama denganku, karena aku lihat dari
raut mukanya, dia menunjukkan kenikmatan. Tak lama kemudian, karena goyangan
penis yang konstan dan terus menerus, akhirnya aku mencapai orgasme. Saat aku
orgasme Wulan terus menggoyang pinggulnya, nampaknya Wulan tidak tahu aku sudah
orgasme.
“Aduuhh.. Ahh..
Sudahh.. Aku keluaarr..” rintihku ketika Wulan masih tetap menggoyang
pinggulnya. Namun Wulan bukannya berhenti malah mencabut penisnya dan kemudian
memasukkan ke dalam anusku. Sakit sekali rasanya saat itu.
“Aduuhh..
Jangaann.. Please.. Sakiitt..” aku setengah berteriak. Namun nampaknya Wulan
tidak peduli, dia terus saja menggoyangnya. Beberapa saat kemudian karena
anusku tidak licin lagi, Wulan kembali mencabut penisnya dan memasukkan
penisnya ke dalam vaginaku. Kontan saja aku kaget, karena selama ini aku belum
pernah merasakan hal semacam ini. Karena kalau cowok pasti nggak bakalan bisa
kayak gini. Wulan terus menggoyang pinggulnya hingga aku hampir orgasme lagi.
Gilee.. Akhirnya aku orgasme lagi. Wulan kemudian mencabut penisnya, lalu
bangun dan melepaskan penisnya. Sementara aku masih terbaring kelelahan.
“Kamu juga harus
coba Vin..” katanya sambil memberikan sabuk penisnya kepadaku.
Aku mengambilnya
dan mencoba memasangnya, cara memakainya rupanya seperti memakai sabuk pengaman
para wall climber. Aku tersenyum sendiri ketika sabuk penis itu sudah terpasang,
rasanya aneh, karena sekarang aku serasa punya sesuatu yang baru di tubuhku.
Aku melihat Wulan sudah terlentang di tempat tidur sambil menekuk kakinya,
hingga vaginanya terlihat.
“Masukkan sini
Vin..” pintanya lembut.
Aku segera
mendekatinya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Agak kikuk,
karena biasanya aku dimasuki, kini aku harus memasuki. Aku pegang penisku, dan
pelan-pelan aku tempelkan di bibir vagina Wulan, kemudian dengan dibantu
tanganku, penisku aku dorong masuk ke dalam vagina Wulan, sulit juga, pantesan
tadi Andre susah. Akhirnya dengan mata kepalaku sendiri aku melihat penisku
masuk ke dalam vagina Wulan sedikit demi sedikit. Aku sempat melihat Wulan, dia
membuka mulutnya sambil mendesah setiap aku mendorong penisku masuk.
“Sshh.. Yaahh..
Sshh..” desahnya setengah berbisik.
Aku dorong
penisku terus, namun rupanya penis ini terlalu panjang, karena belum sampai
penuh, aku merasakan ujung penisnya sudah menyentuh rahim Wulan. Kemudian
pelan-pelan aku goyangkan pinggulku, sementara Wulan juga melakukan hal yang
sama. Jadilah aku seperti cowok sekarang, sementar itu Wulan masih tetap
mendesah dan sekali-kali meraba-raba payudaraku dan memegangi pinggangku. Cukup
lama kami bergoyang hingga akhirnya Wulan mencapai orgasme, aku sendiri tidak
tahu karena aku tidak merasakan apa-apa ketika menyetubuhi Wulan tadi, namun
aku tetap merasa terangsang, karena memandang wajah Wulan yang cukup cantik.
Pada saat Wulan orgasme, penisku aku cabut, dan aku arahkan ke mulut Wulan.
Aku duduk di
payudara Wulan, sedangkan aku arahkan penisku yang masih berlumuran cairan
vagina kami ke mulutnya. Wulan rupanya tahu dengan maksudku dan segera
menghisapnya hingga bersih. Setelah itu, aku bangun dan melepaskan sabuk penis
itu. Aku mengantinya dengan vibrator. Aku setel dengan speed yang medium,
kemudian sebagian aku masukkan di vaginaku, sementara ujung yang satunya, aku
masukkan ke vagina Wulan. Aku berbaring di sebelah Wulan sambil memeluknya,
Wulan pun menyambut pelukanku. Kami saling berpelukan, berciuman, sementara
kami terus mendesah karena sensasi yang ditimbulkan vibrator di vagina kami.
Beberapa menit kemudian kami orgasme bersamaan, dan cairan kami berdua membasahi
vibrator dan sprei. Selang beberapa saat aku bangun, kemudian mulai menjilati
vagina Wulan, vagina Wulan cukup rapat, dengan klitoris yang cukup besar
sehingga mudah untuk kujilat dan kugigit. Wulan mengerang ketika aku gigit
klitorisnya.
“Ahh.. Yaa.. Teruuss..”
Wulan mengerang setengah berteriak.
Aku khawatir ada
orang yang mendengar, maka aku putar tubuhku, hingga sekarang kami berposisi
69. Aku di atas, sedanngkan Wulan di bawah. Kami saling menjilati, menggigit
klitoris, dan memasukkan jari ke dalam vagina. Entah berapa lama hingga kami
mencapai orgasme yang bersamaan. Setiap orgasme, kami tukar tempat. Wulan di
atas, aku di bawah. Kadang aku masukkan beberapa thermometer ke dalam anus
Wulan, Wulan pun demikian, dia memasukkan vibrator yang dia bawa ke dalam
anusku, kami mencoba semua alat yang dibawa Wulan hingga kami kelelahan.
Hingga akhirnya,
kami tertidur sambil berpelukan dengan kondisi telanjang, dan hampir semua
barang Wulan menancap di vagina dan anus kami. Di anusku sabuk penis menancap,
dan vibrator menancap di vaginaku dalam kondisi masih bergetar, aku sangat
menikmatinya sehingga aku tidak berniat untuk mematikannya. Sedangkan kondisi
Wulan tidak jauh berbeda denganku. Di vaginanya tertancap 2 buah dildo dan di
anusnya tertancap 3 buah thermometer. Payudara kami saling bertemu dan terasa
lengket, sedangkan tubuh kami bermandikan keringat. Kasur dan sprei
acak-acakan, namun kami tetep cuek saja, dan tetap tidur.
Aku terbangun
karena aku merasakan hampir orgasme, rupanya vibrator yang masih bergetar itu
sudah membuatku orgasme beberapa kali tanpa aku sadar. Itu terlihat dari cukup
banyak cairan yang keluar dari sela-sela vibrator yang menancap vaginaku. Aku
kemudian mencabut semua yang menancap di tubuhku, kemudian membersihkan badanku
dengan handuk yang ada di ruangan itu. Kemudian aku berpakaian seperti biasa.
Aku melihat jam, sudah jam 2 sore. Cukup lama kami bercinta tadi. Wulan masih
tertidur pulas, dengan barang-barang yang menancap di vagina dan anusnya.
Aku mendekati
Wulan dan mencium bibirnya dengan lembut, kemudian aku cabut dildo dan
menukarnya dengan vibrator, dan aku setel dengan speed yang low. Wulan tampak
mendesah ketika aku masukkan vibrator itu ke dalam vaginanya. Aku cium sekali
lagi bibirnya kemudian melangkah keluar dan pulang menuju rumah. Hari yang
melelahkan dan tidak terlupakan.
![]() |
bandar terpercaya |
0 comments:
Post a Comment